sastra bagiku duniaku, dan ilmu adalah mata keduaku. Jika aku kehilangan salah satu dari itu aku tiada. tak pernah diperhitungkan sebagai manusia beradab.Tak pernah dianggap ada karena semangat, percaya diri itu adalah motivasi keduaku setelah keberadaan Tuhanku. dan sesudah nasehat motivator sejatiku

7.29.2010

Awas, Puncak Badai Matahari 2012-2015

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memperkirakan puncak aktivitas matahari akan terjadi antara tahun 2012 hingga 2015. Saat itu akan terjadi badai matahari. Meski perlu diwaspadai, badai itu tidak sampai menghancurkan peradaban di muka bumi. Yang paling dirasakan adalah perubahan iklim yang sanget ekstrem.

Fenomena ini berupa cuaca antariksa. Cuaca antariksa disebabkan aktivitas matahari yang melontarkan miliaran ton partikel, plasma berenergi tinggi, dan radiasi gelombang elektromagnetik. Lontaran partikel dan radiasi yang mengarah ke bumi akan mempengaruhi lapisan atmosfer, sistem teknologi, serta aktivitas manusia di antariksa dan bumi.

Matahari, kata dia, sebenarnya memiliki siklus dan tidak diam. Matahari mengalami ledakan-ledakan yang bisa sampai ke bumi. Selain itu, matahari memiliki berbagai aktivitas yaitu medan magnet, bintik matahari, flare (ledakan matahari), lontaran massa korona, angin surya, dan partikel energetik.

Masyarakat banyak menghubungkan antara badai matahari tersebut dengan isu kiamat 2012 yang berasal dari ramalan Suku Maya. Ternyata, dari hasil pengamatan Lapan, badai matahari tidak akan langsung menghancurkan peradaban dunia,

Efek badai tersebut yang paling utama akan dirasakan pada teknologi tinggi seperti satelit dan komunikasi radio. Satelit dapat kehilangan kendali dan komunikasi radio akan terputus.

Efek lainnya, aktivitas matahari juga berkontribusi terhadap perubahan iklim. Ketika ativitas matahari meningkat, maka matahari akan memanas. Akibatnya, suhu bumi meningkat dan iklim berubah. Partikel-partikel matahari yang menembus lapisan atmosfer bumi akan mempengaruhi cuaca dan iklim bumi. Dampak yang ekstrem peningkatan aktivitas matahari diduga dapat menyebabkan kemarau panjang. Namun, hal ini masih dikaji oleh para peneliti.

Untuk menenangkan masyarakat,  Lapan akan mengadakan sosialisasi mengenai Fenomena Cuaca Antariksa 2012 hingga 2015 pada acara seminar Center for Remote Sensing and Ocean Sciences (Cresos) International Symposium on South East Asia and Pasific Environtemt Problems and Satellite Remote Sensing di Universitas Udayana, Bali.
Read More : Awas, Puncak Badai Matahari 2012-2015

Matikan Listrik Saat Badai Matahari Tiba!

Banyak masyarakat yang menghubungkan fenomena badai matahari dengan isu kiamat di tahun 2012 yang berasal dari ramalan suku maya. Namun dari hasil pengamatan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), badai matahari tidak secara langsung menghancurkan bumi.

Kepala Bidang Aplikasi Geomagnet dan Magnet Antariksa Lapan Clara Yono Yatini  menjelaskan, pengaruh badai matahari terhadap manusia kemungkinan kecil, namun lebih berpengaruh terhadap sistem teknologi seperti satelit karena partikel badai matahari yang meletup mengenai satelit secara langsung.

Matahari ini kan memiliki aktivitas, sehingga memiliki letupan-letupan yang sampai ke bumi, namun tidak besar pengaruhnya terhadap manusia, karena letupan matahari tersebut mengenai satelit yang ada di angkasa,
Matahari memiliki aktivitas seperti medan magnet, bintik matahari, flare (ledakan matahari), lontaran massa korona, angin surya dan partikel energetic. Lapan memperkirakan puncak aktivitas matahari akan terjadi antara tahun 2012 hingga 2015. Pada puncak siklusnya, matahari akan tinggi dan terjadi badai matahari.

Matahari memang memiliki siklus untuk mengalami badai matahari setiap 11 tahun sekali, namun tepatnya tidak bisa diprediksikan kapan terjadi badai matahari, tapi bisa diprediksi antara satu hingga tiga hari sebelum terjadi badai matahari.

Selain mempengaruhi satelit dan mengganggu sistem teknologi yang di gunakan manusia di bumi, badai matahari juga dapat mempengaruhi perubahan iklim yang memanas dan kemarau panjang, hal tersebut masih dikaji oleh para peneliti. Untuk mengantisipasi gangguan , masyarakat yang berkepentingan dengan teknologi diimbau agar mematikan satelit, listrik, serta segala bentuk teknologi saat terjadi badai matahari nanti.
Read More : Matikan Listrik Saat Badai Matahari Tiba!

Sungai Bawah Laut

Sungai di bawah laut yang berada di Gua Cenote Angelita menyimpan sejumlah pertanyaan besar. Dan ternyata, sungai ini merupakan efek dari lapisan hidrogen sulfida.

Anatoly Beloshchin, fotografer kawakan, begitu terkejut kala menyaksikan fenomena alam yang menakjubkan di gua yang ada di kawasan Cenote Angelita, Meksiko. Saat menyelam dia menyaksikan sungai di bawah laut beserta pepohonan dan dedaunan pada kedalaman 60 meter di dasar laut.

Dan belakangan, kabar seputar keberadaan sungai di bawah laut itu semakin ramai diperbincangkan di dunia maya dan televisi. Anatoly bersama teman-temannya merekam dan memotret fenomena tersebut. Selanjutnya, dia mengunduh gambar-gambar tersebut ke Internet, sehingga menyedot perhatian khalayak umum.

Tim penyelam sebenarnya tidak menduga akan menemukan hal seperti itu. Pasalnya, saat menyelam sampai kedalaman 30 meter, mereka merasakan air tawar. Namun begitu sampai di kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi asin. Dan beberapa meter dari lokasi itu akan ditemukan sebuah gua.

Di bagian bawah dekat gua itu tim penyelam menemukan sebuah ”sungai” lengkap dengan pohon dan dedaunan yang mengapung di kolam air itu. Ada pula pepohonan di sekelilingnya.






 

“Di kedalaman 60 meter saya menemukan kembali air laut. Saya melihat sebuah sungai, pulau, lengkap dengan daun yang berguguran. Tetapi sungai yang kami lihat adalah lapisan dari gas hidrogen sulfida,” tutur Anatoly seperti dilansir crystalkiss.com.

Umumnya, tim penyelam berpendapat bahwa daerah yang mereka lihat itu adalah pemandangan mengejutkan dan menakjubkan. Dari strukturnya, mereka beranggapan suasana di dasar laut itu itu mirip sungai, lengkap dengan lapisan seperti air yang berwarna agak kecokelatan.

Warna kecokelatan itu dianggap Anatoly bukanlah berasal dari air tawar. Anatoly menuturkan bahwa bagian kecokelatan yang mirip air sungai itu merupakan lapisan bagian bawah gas hidrogen sulfida (H2S).

“Tetapi sungai yang  dilihat adalah lapisan dari gas hidrogen sulfida, Dan gas ini biasanya juga dihasilkan dari saluran pembuangan kotoran.

Fenomena itu dianggap sebagai efek dari lapisan hidrogen sulfida, sehingga tampak seperti sungai. Hidrogen sulfida bisa berwujud sungai di dasar laut karena pengaruh berat jenis zat tersebut.

Memang, berat jenis gas H2S lebih berat ketimbang campuran air laut, semisal natrium sulfida. Lantaran berat jenisnya lebih besar, maka gas ini akan cenderung mengumpul di dasar laut yang tampak terlihat seperti alur sungai.

Biasanya gas itu terkumpul di dasar laut sampai mereka meledak dengan mendadak. Saat gas itu mencapai ke permukaan, kombinasi hidrogen dengan oksigen yang membentuk air membuat sulfur putih padat. Selanjutnya, akan membentuk lapisan endapan ke dalam lautan.

Pada dasarnya, H2S itu bersifat asam, jika bercampur dengan air laut atau garam yang terkandung dalam air laut, maka gas itu bisa berbahaya bagi biota laut, namun cukup aman bagi manusia.

Gas ini dapat dijumpai terlarut di dalam air laut, danau, atau sungai, yang berasal dari aktivitas bakteri pereduksi sulfat di lingkungan anaerob alias lingkungan beroksigen rendah.

Kondisi yang anaerob di ketiga lingkungan tersebut terdapat di dasarnya, yaitu beberapa sentimeter di bawah permukaan sedimen dasar. Atau di lingkungan dengan sirkulasi air yang buruk, sehingga lingkungan tersebut kekurangan oksigen.

Kendati demikian, fenomena alam itu merupakan bagian dari vulkanologi atau studi tentang gunung berapi, lava, magma, dan fenomena geologi. Fenomena seperti itu memang belum pernah ditemukan di Indonesia.Akan tetapi, sangat mungkin akan ditemukan lantaran penelitian tentang sungai bawah laut belum begitu digalakkan.

Gua Kecil
Cenote Angelita atau Gua Bidadari Kecil agaknya menyimpan sejumlah pertanyaan besar. Menurut laman Oceanquestmexico, pada kedalaman lebih dari 30 meter, air di sekitarnya sangat segar layaknya air tawar.

Namun setelah kedalaman melebihi 60 meter, air akan berubah menjadi asin, lalu akan terlihat pemandangan sebuah “sungai” dengan pepohonan dan daun-daun yang berguguran serta mengambang di air.

Lantas, bagaimana dua jenis air itu tidak tercampur dan tidak saling memengaruhi? Dan bagaimana pepohonan di sana bisa hidup dan tumbuh di dalam air, meski minim pasokan oksigen dan cahaya matahari?

Beberapa kalangan menilai daerah yang mirip “sungai” di Gua Angelita itu, bukanlah sungai di bawah laut, namun “sungai” di bawah gua atau lubang besar dalam tanah yang di sebut Cenote Angelita (Gua Angelita).

Lubang besar di bawah tanah umumnya diisi air segar dengan kedalaman 35 kaki atau lebih. Jika lebih dari itu, penyelam akan mengalami keganjilan kadar garam, yakni batasan yang membedakan air segar (tawar) berada di atas air asin. 


Read More : Sungai Bawah Laut

  © Blogger templates The Transformers by Blog Tips And Trick 2009