sastra bagiku duniaku, dan ilmu adalah mata keduaku. Jika aku kehilangan salah satu dari itu aku tiada. tak pernah diperhitungkan sebagai manusia beradab.Tak pernah dianggap ada karena semangat, percaya diri itu adalah motivasi keduaku setelah keberadaan Tuhanku. dan sesudah nasehat motivator sejatiku

5.07.2010

Teleskop Hubble Ungkap Galaksi-galaksi Tua


Teleskop ruang angkasa Hubble telah menemukan beberapa galaksi tertua yang sejauh ini belum pernah diketahui. Galaksi-galaksi tersebut terdeteksi dengan kamera berbidang luas, Wide Field Camera 3, yang baru dipasang pada teleskop tersebut dalam misi perbaikan terakhir.

Menurut para ilmuwan, galaksi-galaksi tersebut terbentuk 600 juta tahun setelah Big Bang. Para ilmuwan percaya bahwa ledakan besar itulah yang menciptakan jagat raya. Jarak antargalaksi tersebut diperkirakan mencapai 13 miliar tahun cahaya (setiap tahun cahaya kira-kira 9,65 triliun km).

Citra ini diambil dari daerah ruang angkasa yang disebut Ultra Deep Field dan telah dipindai oleh Hubble pada 2004. Kamera baru dilengkapi dengan channel yang mendekati infra-merah sehingga teleskop yang mengorbit itu bisa melihat lebih jauh ke ruang angkasa dan merekam obyek lebih jauh.

"Kita sekarang dapat melihat lebih jauh ke masa lalu, mengidentifikasi galaksi ketika alam semesta hanya lima persen dari usianya saat ini," kata Daniel Stark, peneliti dari Institut Astronomi di Cambridge yang terlibat dalam riset tersebut.

Kamera baru tersebut dipasang pada Mei oleh astronot NASA sebagai bagian dari misi untuk meng-upgrade dan memperbaiki teleskop yang telah berusia 19 tahun itu. Dua tim dari Universitas Oxford dan Universitas Edinburgh akan melaporkan temuan tersebut dalam Monthly Notices terbitan the Royal Astronomical Society.
Read More : Teleskop Hubble Ungkap Galaksi-galaksi Tua

MenanTi KeJutan TelEskop HuBBle

Gegap gempitanya tidak terasa di Indonesia ketika akhir April lalu teleskop Hubble genap berusia 20 tahun di antariksa. Memang di sinilah ironinya. Ketika bangsa lain telah melambung jauh dalam upaya memahami semesta, bangsa kita terpuruk dalam persoalan keseharian yang tidak membanggakan: pertikaian, kemiskinan, dan korupsi yang tiada habisnya.Tak ada yang pernah menduga, kehadiran teleskop Hubble telah menjawab pertanyaan manusia yang paling mendasar tentang pembentukan alam semesta, tata surya, Bumi, dan terutama asal usul manusia. ”Kuncinya ada pada temuan bahwa bintang-bintang yang baru lahir mengandung elemen kimia yang sama dengan penyusun tubuh manusia,” kata John Grunsfeld, mantan astronot yang tiga kali ikut misi perbaikan teleskop Hubble, seperti dikutip CNN.
Dalam hal pemahaman alam semesta, citra-citra yang dikirim teleskop Hubble juga memberi kontribusi luar biasa. Kosmologi yang dulu spekulatif karena tingkat ketidakpastiannya tinggi—di atas 50 persen—kini menjadi sangat terukur dengan tingkat ketidakpastian kurang dari 10 persen.
Seperti diungkapkan Dr Premana W Premadi, peneliti bidang kosmologi, teori, komputasi, dan pengajar Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung, teleskop Hubble telah membuat apa yang disebut konstanta Hubble semakin akurat. Konstanta Hubble adalah parameter untuk menghitung laju pengembangan alam semesta.
”Dengan tingkat ketelitian konstanta Hubble seperti sekarang, bisa ditentukan bahwa umur semesta 13,7 miliar,” kata Premana.
Kemampuannya menangkap obyek-obyek yang jauh juga menghasilkan citra-citra galaksi saat semesta masih muda. Inilah yang memberi pengetahuan tentang bagaimana alam semesta bertumbuh kembang.
Bisa dikatakan, Teleskop Hubble adalah mesin waktu yang membawa para astronom ke masa lalu, menengok bagaimana persisnya embrio galaksi 14 miliar pada tahun sebelumnya. Hubble bahkan memotret bintang- bintang yang berumur ”hanya” 600 juta tahun pasca-Dentuman Besar (Big Bang).
Harapan dan kenyataan
Ketika diluncurkan dengan pesawat ulang-alik Discovery pada 24 April 1990 dan ditempatkan di orbit pada hari berikutnya, harapan para astronom yang sedemikian tinggi sempat pupus. Soalnya citra-citra yang dikirim ternyata sangat kabur.
Ternyata, masalah berasal dari cermin utama Hubble yang berdiameter 2,4 meter. Meski hanya meleset 2,2 mikrometer, citra dari teleskop senilai 1,5 miliar dollar AS itu menjadi amat buruk. Para ilmuwan di Badan Aeronautika dan Antariksa Nasional (NASA) semakin pusing saat enam giroskop yang mengatur orientasi gerak teleskop rusak satu demi satu.
Ketika pada tahun 1993 NASA meluncurkan misi perbaikan, orang tak berharap banyak. Ternyata, pemasangan instrumen dan giroskop baru menyelamatkan Hubble. Dua tahun kemudian, Hubble mengirim gambar spektakuler: pembentukan awal galaksi seperti yang dihuni manusia sekarang, pada masa satu miliar tahun pasca-Big Bang.
Total sudah lima misi berangkat memperbaiki Hubble. Tahun 2004, NASA mengumumkan tak akan mengirim misi lagi gara- gara meledaknya pesawat ulang-alik Columbia pada tahun 2003. Namun, berkat petisi masyarakat dan para astronot, misi perbaikan terakhir meluncur pada Mei 2009.
Dinamai sesuai astronom besar AS, Edwin Powell Hubble (1899-1953) yang pada dekade 1920-an menemukan galaksi-galaksi jauh di luar Bima Sakti, teleskop legendaris ini telah berperan besar meredefinisi pengetahuan manusia tentang galaksi, lubang hitam, dan teori pembentukan planet.
Menembus batas
Bisa dikatakan, Hubble telah membantu manusia menembus keterbatasannya. Ia telah menyajikan citra obyek-obyek antariksa yang jauh sekali jaraknya dari Bumi. Seperti diketahui, jarak galaksi terjauh dalam Ilmu Astronomi ada yang mencapai 10 miliar tahun cahaya. Jika satu tahun cahaya setara dengan 9.500.000.000.000 kilometer—berarti 9,5 triliun km— sebenarnya sungguh tak terbayangkan jarak yang berhasil dipantau teleskop Hubble. Sebagai perbandingan, Bulan sebagai benda langit terdekat dengan Bumi, jaraknya adalah 385.000 kilometer.
Teleskop ini bisa menyajikan citra yang sedemikian jernih karena radiasi elektromagnetik yang ditangkapnya tidak terhalangi atmosfer Bumi. Hubble mengorbit pada ketinggian 569 kilometer dari permukaan Bumi. Dengan laju 28.000 km per jam, Hubble mampu mengelilingi Bumi dalam 97 menit.
Energi Hubble berasal dari dua panel surya yang dapat menyediakan daya 2.800 watt. Daya ini yang dibutuhkan teleskop berbobot kurang lebih satu ton dan seukuran bus, setiap kali mengorbit.
Jangkauannya yang luar biasa membuat ilmuwan berlomba mendapat kesempatan mengamati semesta dengan teleskop Hubble. Tidaklah mengherankan bila jumlah proposal pengamatan yang diterima tujuh kali lebih banyak daripada yang dapat diakomodasi Institut Pengetahuan Teleskop Antariksa (STScl) di Baltimore, Maryland, tempat observasi Hubble dikendalikan.
Kejutan berikutnya
Setelah dua dasawarsa mengorbit dan mempersembahkan citra-citra luar biasa, apalagi yang akan dihasilkan Hubble?
”Harapkan apa yang tidak diharapkan,” kata Malcolm Niedner, peneliti Hubble dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland.
Dalam wawancara dengan Newscientist, Niedner mengingatkan bahwa lebih dari separuh perubahan pemahaman manusia tentang semesta berasal dari obyek-obyek foto Hubble pada kawasan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Namun, dark energy (energi gelap) tampaknya bakal menjadi kejutan berikut setelah Desember 2008 Hubble mengirim citra kluster galaksi Abell 85. Berjarak 740 juta tahun cahaya dari Bumi, Abell 85 adalah obyek terbesar di semesta yang runtuh sehingga ideal untuk meneliti dark energy.
Sebelumnya, para ilmuwan memang dikejutkan oleh temuan bahwa alam semesta telah mengembang lebih cepat dari yang seharusnya. ”Tenaga pendorong laju dipercepat itulah yang kemudian disebut dark energy,” kata Premana.

Sebuah kabut nebula yang difoto teleskop ruang angkasa Hubble

Dark energy adalah penentu seberapa besar galaksi akan terbentuk dan terdistribusi. Oleh karena itu, harapan kemudian bertumpu pada kemampuan teleskop Hubble mencari galaksi-galaksi lebih jauh lagi untuk mengungkap misteri dark energy ini.
Mungkinkan teleskop Hubble menemukan jawabnya? Waktu yang akan menentukan.
Read More : MenanTi KeJutan TelEskop HuBBle

Pulau Baru Muncul Mengandung Batu Bara

Permukaan kubah lumpur di perairan Haloban, kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil yang diabadikan tim ahli geologi,
Gosong Wulawan, sebutan yang berarti karang emas untuk "pulau" yang baru tumbuh di perairan Haloban, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, diyakini mengandung material berharga berupa batu bara, gas, dan mineral pirit.

Gundukan yang dinamai kubah lumpur itu kemarin tidak lagi menyemburkan lumpur, tetapi gas yang jenisnya belum teridentifikasi. Potensi barang tambang berharga itu diprediksi oleh tim ahli geologi yang menyelam dan mengambil sampel pasir dan batu di gundukan berbentuk kerucut itu, Rabu (21/4/2010).

"Akan tetapi, prediksi itu masih memerlukan penelitian lebih lanjut dalam waktu yang lama," kata Teuku Mukhlis, ahli geologi dari Banda Aceh, dalam pertemuan dengan Bupati Aceh Singkil Makmursyah Putra di Gedung Olahraga Ketapang Indah, Singkil Utara, Kamis (22/4/2010).

Kesimpulan lain menunjukkan bahwa gundukan berbentuk kerucut yang menyemburkan lumpur atau batuan itu bukanlah daratan dan tidak ditemukan daratan baru di situ. "Yang kami termukan di lokasi hanyalah kubah lumpur yang tidak berbahaya bagi kehidupan manusia di sekitarnya," kata Mukhlis didampingi koleganya sesama geolog, Khairil Basyar.

Teuku Mukhlis dan Khairil sempat kehilangan kontak dengan Serambi Indonesia pada Rabu malam karena mereka ternyata masih berada di atas Kapal Baruna Jaya III (BJ3) dalam perjalanan dari Haloban ke perairan Singkil.

Menurut Mukhlis, observasi di lokasi mencakup pengamatan visual di permukaan, pengambilan sampel air permukaan, pengukuran conductivity temperature depth (CTD), serta pengambilan foto bawah air dan sampel batuan dengan cara menyelam.

Mukhlis mencatat, di situ hanyalah kubah lumpur dari dasar laut pada koordinat 02 derajat 17' 47,1'’ Lintang Utara (LU) dan 097o 13' 08,9'’ Bujur Timur (BT). Ditemukan pula gelembung-gelembung gas (udara) dalam jumlah sedikit dan kondisi air laut di lokasi cenderung lebih keruh.

Tidak ditemukan lagi titik semburan lumpur. Adapun batuan yang dijumpai di kubah lumpur itu, antara lain, mineral lempung, batu bara, dan mineral pirit.

"Untuk emas dan intan kemungkinannya sangat kecil, bahkan cenderung tidak ada," kata Teuku Mukhlis dan Khairil Basyar menjelaskan secara bergantian. Suhu di sekitar kubah lumpur itu 32 derajat celsius pada kedalaman lima sampai enam meter di sekitar kubah.

Dijumpai pula beberapa gundukan lumpur dengan material yang mudah dihancurkan dengan tangan. Salah satu gundukan terbesar yang diukur dengan rollmeter berdiameter dasar 30 meter, tinggi 8 meter, diameter puncak kubah 3 meter yang berada pada kedalaman 5 meter.

Tim observasi menemukan pula, lokasi kubah lumpur yang baru terdeteksi itu berada di daerah pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Kondisi tatanan tektonik di sekitar lokasi menyebabkan labilnya litologi dan banyaknya struktur geologi yang terbentuk.

Gempa terjadi pada 7 April 2010 berkekuatan 7,2 skala Richter menyebabkan terganggunya struktur sesar. Lokasi tersebut secara geologi jauh dari jalur gunung api karena berada pada cekungan muka busur, dan suhunya relatif rendah.

Tak ditemukan ikanDari data tersebut dapat disimpulkan bahwa fenomena alam yang terjadi itu adalah kubah lumpur atau mud volcano atau mud dome yang tidak terkait dengan keberadaan sebuah aktivitas vulkanik. "Kesimpulan ini diambil karena tidak ditemukannya air yang sangat panas di sekitar lokasi, dan adanya gelembung gas yang belum teridentifikasi yang kemungkinan gas metan," ulas ahli geologi berdarah Aceh tersebut.

Dia juga menyebutkan bahwa tidak ditemukan ikan di sekitar kubah semburan. Ini dapat diasumsikan bahwa perubahan suhu dan adanya gas telah memengaruhi kondisi normal lingkungan sekitar sehingga ikan menjauhi lokasi tersebut.

Hasil kajian awal, dengan melihat luas wilayah semburan relatif kecil, jarak dengan permukiman masyarakat relatif jauh sekitar 3 mil laut. Selain itu, semburan lumpur sudah sangat kecil dan hanya mengeluarkan gelembung gas yang relatif sedikit.

Pada kondisi ini, fenomena yang muncul di lokasi tersebut tidak membahayakan masyarakat sejauh tidak ada peningkatan aktivitas mud volcano. "Hal ini sudah kami sampaikan kepada seluruh masyarakat dan tokoh masyarakat setempat (Kecamatan Pulau Banyak dan Pulau Banyak Barat) yang naik di Kapal Baruna Jaya setelah observasi lapangan selesai
Read More : Pulau Baru Muncul Mengandung Batu Bara

Ilmuw@n Temukan Arus 40 X Amazon

Beberapa ilmuwan menemukan arus samudra dalam yang bergerak cepat dengan volume 40 kali Sungai Amazon di dekat Kutub Selatan, yang akan membantu para peneliti memantau dampak perubahan iklim di samudra di dunia.

Satu tim ilmuwan Australia dan Jepang, dalam satu studi yang disiarkan di dalam jurnal Nature Geoscience, Minggu (25/4/2010), mendapati, arus tersebut bagian penting pola sirkulasi samudra global yang membantu memantau iklim planet.

Para ilmuwan sebelumnya telah mendeteksi bukti mengenai arus tersebut tapi tak memiliki data mengenai itu.

"Kami tidak mengetahui apakah itu adalah bagian sirkulasi penting atau tidak dan ini memperlihatkan secara jelas bahwa itu adalah bagian sirkulasi," kata seorang penulis studi tersebut, Steve Rintoul, kepada koresponden Reuters mengenai perubahan iklim David Fogarty.

Rintoul, dari Antarctic Climate and Ecosystems Cooperative Research Center di Hobart, mengatakan, itu terbukti merupakan arus samudra dalam yang paling cepat yang pernah ditemukan, dengan kecepatan rata-rata 20 sentimeter. Arus tersebut juga ditemukan membawa lebih dari 12 juta meter kubik air garam yang sangat dingin per detik dari Antartika.

"Pada kedalaman tiga kilometer di bawah permukaan air ini, ini adalah kecepatan paling kuat yang pernah dicatat dan kami saksikan sejauh ini. Ini benar-benar mengejutkan kami," katanya.

Dia mengatakan, arus itu membawa air yang kaya akan oksigen yang tenggelam jauh di Kutub Selatan ke lembah sungai samudra dalam lebih ke utara di sekitar Dataran Tinggi Kerguelen di bagian selatan Samudra Hindia lalu bercabang ke luar.

Sabuk pengantar global

Arus itu membentuk bagian dari jaringan kerja yang jauh lebih besar yang merentang semua samudra di dunia, dan bertindak seperti sabuk pengantar raksasa untuk membagikan panas ke seluruh dunia.

Samudra juga adalah tempat penyimpanan utama karbon dioksida, gas rumah kaca utama yang tersiar secara alamiah dan oleh ulah manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil.

Contohnya, Arus Teluk membawa air hangat ke Atlantik Utara, dan memberi Eropa utara iklim yang relatif sedang. Kegagalan arus tersebut, yang telah terjadi pada waktu lalu, akan menceburkan banyak bagian Eropa ke dalam kebekuan parah, kata para ilmuwan.

"Arus dalam itu bersama dengan Dataran Tinggi Kerguelen adalah bagian dari sistem arus samudra global yang disebut sirkulasi berbalik, yang menentukan seberapa banyak panas dan karbon yang dapat diisap oleh samudra," kata Rintoul.

Satu bagian penting sirkulasi itu adalah pembentukan sangat banyak volume air garam yang sangat dingin di beberapa daerah di sepanjang pantai Antartika yang kemudian tenggelam ke dasar dan mengalir ke lembah lain samudra.

Tim tersebut menggelar peralatan pengukur yang dilabuhkan ke dasar laut pada kedalaman sampai 4,5 kilometer dan mencatat kandungan garam, temperatur dan kecepataan arus selama dua tahun.

"Pengukuran terus-menerus yang diberikan oleh penambatan itu memungkinkan kami, untuk pertama kali, menentukan seberapa banyak air yang dibawa oleh arus dalam tersebut ke utara," kata Rintoul.

Dia mengatakan, masalah penting untuk meramalkan iklim ialah apakah sirkulasi berbalik akan terus bertahan pada kekuatannya saat ini atau apakah arus itu peka terhadap perubahan seperti perubahan iklim.

Itu berarti pengukuran peningkatan lebih lanjut mengenai kecepatan dan volume air garam yang dingin yang tercipta di sekitar Antartika.
Read More : Ilmuw@n Temukan Arus 40 X Amazon

  © Blogger templates The Transformers by Blog Tips And Trick 2009